Dr Ir H.W Musyafirin, MM atau yang akrab disapa Haji Firin hingga sekarang masih dikenang dan selalu menjadi primadona. Mantan guru mengenalnya sebagai sosok yang cerdas dan pemberani, dan selalu yang diingat.
Berikut catatan kenangan para mantan guru:
Bekas anak didik yang telah sukses, menjadi kebanggaan tersendiri bagi mantan guru. Seperti halnya yang dirasakan pensiunan guru di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) yang pernah mengajar Musyafirin, yang kini menjadi orang sukses.
Seperti kenangan yang dirasakan mantan guru SDN 1 Desa Beru Kecamatan Brang Rea, Abdul Halim Muhamad. Ia merupakan mantan guru sekolah Bupati KSB, Dr. H. W Musyafirin, MM atau yang biasa disapa Haji Firin.
Abdul Halim yang kini sudah berusia 74 tahun dan menghabiskan masa pensiunnya di Taliwang, menjadi salah satu guru yang mengajar di SDN 1 Desa Beru Kecamatan Brang Rea, Sumbawa Barat, tempat Haji Firin menempuh pendidikan dasar.
Abdul Halim menceritakan pengalamannya saat mengabdi tempo dahulu. Saat itu, Abdul Halim baru diangkat menjadi guru, dan sedang mengajar di kelas 4.
Di kelas sebelah, kelas 3, Abdul Halim mendengar ada perdebatan antara guru yang sedang mengajar pelajaran bahasa Indonesia dengan seorang siswa.
Antara guru dan siswa itu debat tentang penggalan kata yang merubah makna suatu kalimat. Ia kemudian mencari tahu siapa siswa dimaksud.
“Rupanya Haji Firin. Dia adu argumentasi dengan gurunya. Dari situ saya jadi tahu, dia murid yang cerdas, berbakat dan berani,” ujar Abdul Halim.
Menurut dia, seorang murid tidak mungkin berdebat dengan gurunya tentang pelajaran, kecuali murid tersebut kategori pintar dan berani.
Cerita serupa juga disampaikan Muslinah. Pensiunan guru yang sekarang berusia 84 tahun itu mengaku tidak banyak mengenang mantan-mantan siswanya dulu.
“Yang saya masih ingat sampai sekarang sosok haji Firin,” ujar mantan guru SDN Desa Beru.
Muslinah mengatakan, sosok haji Firin beda dengan siswa-siswanya yang lain. Haji Firin sangat melekat dalam memori ingatannya.
“Pada masa itu, seorang guru ditugaskan sebagai guru kelas dan mengajar untuk semua mata pelajaran. Beliau murid yang pandai dan cepat menangkap pelajaran,” kenangnya.
Selain itu, Muslinah menyebutkan sosok Haji Firin juga tidak pernah lupa terhadap para guru yang pernah mengajarnya.
“Dalam sebuah acara beberapa tahun lalu, di hadapan banyak orang yang hadir beliau menyebut saya sebagai gurunya,” tuturnya.
Muslinah mengatakan, tidak banyak orang, apalagi sudah sukses, masih mengenang jasa para gurunya, seperti sifat yang tertanam dalam diri haji Firin.
Senada dengan cerita Nurkiyah Aswin. Mantan guru SD ini menyampaikan haji Firin merupakan mantan siswanya berperawakan kecil tapi gesit, selalu aktif dalam belajar maupun kegiatan lainnya di sekolah.
“Saya mengajar beliau setahun di kelas 4. Haji Firin murid yang luar biasa, cerdas pada semua mata pelajaran dan selalu juara. Ingatannya kuat, sekali diajarkan langsung terekam,” tuturnya.
Suatu hari, Nurkiyah Aswin bersua dengan Haji Firin untuk pertama kalinya setelah sekian tahun tidak bertemu.
Saat itu Haji Firin menjabat sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) dan akan menunaikan ibadah haji bersama istrinya, Hj Hanipah.
“Saat acara syukuran haji, beliau dekati dan bilang ke istrinya saya adalah mantan gurunya. Yang paling berkesan, saat anak saya dilantik menjadi Kepala Desa, beliau meminta meminta saya naik ke atas panggung untuk foto bersama. Begitu hormatnya beliau kepada kami,” terangnya.
Mantan guru lainnya, Husain Ahmad juga berbagi kisah tentang sosok haji Firin. Husain Ahmad pernah mengajar Haji Firin di kelas 6 SD pada tahun 1974.
Husain Ahmad yang kini berusia 82 tahun, menyampaikan memiliki firasat suatu saat nanti Haji Firin akan menjadi orang besar.
Firasat itu Husain tersebut kini terbukti, Haji Firin sukses dalam karirnya sebagai birokrat dengan jabatan sebagai Sekda KSB periode 2011-2015 dan menjadi Bupati sejak tahun 2015 hingga sekarang.
“Saya guru kelasnya dan mengajar semua pelajaran. Dia sangat cerdas dan anak yang baik,” kenang Husain.
Selain guru, tokoh Sumbawa, seperti drh H Zaedun Abdullah menceritakan kenangannya sewaktu bersama haji Firin.
Zaedun pernah menjadi atasan langsung Haji Firin, saat menjabat sebagai Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Sumbawa.
“Saat itu Haji Firin sebagai Kepala KCD Peternakan Kecamatan Taliwang,” ucapnya.
Zaedun mengenang pada saat itu beberapa kali ingin mempromosi dan mengajak pindah Haji Firin ke kantor Dinas Peternakan di Sumbawa, namun selalu ditolak.
Haji Firin sebagai sosok yang berani mengambil keputusan menolak dan tetap berkarir di Kecamatan, karena melihat peluang pemekaran Sumbawa bagian Barat untuk ke depan.
Zaedun mengatakan, kala itu Haji Firin berjuang untuk pembentukan KSB. Saat Haji Firin menjabat sebagai Sekretaris Komite Pembentukan Kabupaten Sumbawa Barat – KPKSB).
“Perjuangannya berhasil dengan terbentuknya KSB pada tahun 2003,” tuturnya.
Zaedun mengetahui secara persis sosok Haji Firin adalah tokoh visioner dan berani dalam mengambil keputusan.
Hal itu, menurut dia, menjadi modal penting dalam memimpin, apalagi memiliki pengalaman lengkap sebagai birokrat, sebagai Sekda dan Bupati dua periode.
“Haji Firin sangat layak mewakili masyarakat pulau Sumbawa untuk memimpin NTB,” tandasnya. (man)