BIMA-Penanganan perkara pada Bidang Pidana Umum (Pidum) Kejaksaan Negeri (Kejari) Bima mengalami peningkatan 73 kasus dibanding tahun 2023.
Sebanyak 568 perkara yang ditangani sepanjang tahun 2024. Dua perkara diantaranya diselesaikan dengan sistem restorative justice.
Kepala Kejari Bima, DR Ahmad Hajar Zunaidi, SH., MH mengatakan sepanjang tahun 2024, Bidang Pidum Kejaksaan telah menangani 568 perkara Tahap I.
Jumlah tersebut erdiri dari 173 perkara Narkotika, 131 perkara pencurian, 56 perkara penganiayaan, 17 perkara penggelapan dan penipuan, 29 perkara pencabulan anak, 11 perkara Tindak Pidana Ringan, 28 perkara Sajam/Senpi, 22 perkara kekerasan terhadap orang/barang (170 KUHP).
Selain itu, ada 8 perkara kekerasan anak, 19 perkara pembunuhan, 8 perkara pengancaman, 9 perkara perjudian, 8 perkara KDRT, 6 perkara Laka Lantas, 7 perkara Kehutanan, 7 perkara pemalsuan surat, 2 perkara kesehatan, 1 perkara penadahan.
Bidang Pidum juga menangani 1 perkara pengrusakan, 3 perkara TIPILU, 6 perkara pembakaran, 2 perkara perampasan hak, 1 perkara pencabulan dewasa (290 KUHP), 2 perkara Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO), 3 perkara pemblokiran jalan, 2 perkara pemerkosaan, 2 perkara perizinan, 2 perkara pemalsuan mata uang, 2 perkara konservasi SDA, 1 perkara MIGAS, dan 1 perkara memasuki rumah tanpa izin yang berhak (167).
“Bidang Pidum juga telah melaksanakan eksekusi sebanyak 316 perkara. Selain itu, Kejaksaan Negeri Bima telah menyelesaikan perkara melalui restorative justice sebanyak 2 perkara,” ujarnya.
Sepanjang tahun 2023, Kejaksaan Negeri Bima telah menangani 495 perkara Tahap I yang terdiri dari 114 perkara Narkotika, 128 perkara pencurian, 27 perkara pencabulan anak, 39 pekara penganiayaan, 33 perkara penipuan, 26 perkara Sajam/Senpi.
Selain itu juga ada 10 perkara penadahan, 15 perkara pengeroyokan, 7 perkara kekerasan anak, 12 perkara pengancaman, 4 perkara pembunuhan, 5 perkara Laka Lantas, 4 perkara KDRT, 1 perkara penyerobotan tanah, 1 perkara merampas kemerdekaan seseorang (Pasal 333 KUHP), 1 perkara prostitusi (Pasal 506 KUHP).
Ada juga 1 perkara pencabulan, 1 perkara pasal 223 KUHP, 3 perkara kesediaan farmasi, 2 perkara kehutanan, 17 perkara perjudian, 4 perkara blokir jalan, 1 perkara melawan petugas (212 KUHP), 1 perkara penyerobotan tanah, 2 perkara pemerkosaan, 1 perkara ITE, 4 perkara Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).
Pada tahun 2023 juga telah melaksanakan eksekusi sebanyak 364 perkara. Kejaksaan Negeri Bima telah menyelesaikan perkara melalui restorative justice sebanyak 3 perkara.
“Terjadi peningkatan penanganan perkara pada tahun 2024 jika dibandingkan dengan tahun 2023. Meningkat 73 perkara,” terangnya.
Capaian bidang Pidana Umum ini menunjukkan perkara Narkotika adalah yang tertinggi sehingga dibutuhkan koordinasi yang lebih baik lagi antara Polri, BNN, Pengadilan, dan masyarakat, termasuk TNI karena Narkoba ini termasuk ancaman ketahanan nasional/bangsa yang mengancam masa depan bangsa.
Ahmad mengatakan, pemberantasan Narkoba termasuk cita ke-7 dari Asta Cita program Presiden Prabowo Subianto, yaitu memperkuat reformasi politik, hukum, dan birokrasi, serta memperkuat pencegahan dan pemberantasan korupsi dan narkoba. (man)